SAJAK SEBOTOL BIR

•April 7, 2008 • Leave a Comment

SAJAK SEBOTOL BIR
Oleh: W.S. Rendra

Menenggak bir sebotol,
menatap dunia,
dan melihat orang-orang kelaparan.
Membakar dupa,
mencium bumi,
dan mendengar derap huru-hara.

Hiburan kota besar dalam semalam,
sama dengan biaya pembangunan sepuluh desa!
Peradaban apakah yang kita pertahankan?
Continue reading ‘SAJAK SEBOTOL BIR’

SAJAK SEBATANG LISONG

•April 6, 2008 • 3 Comments

SAJAK SEBATANG LISONG
Oleh: W.S. Rendra

Menghisap sebatang lisong
Melihat Indonesia Raya,
Mendengar 130 juta rakyat,
Dan di langit
Dua tiga cukong mengangkang,
Berak di atas kepala mereka

Matahari terbit.
Fajar tiba.
Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak
Tanpa pendidikan.
Continue reading ‘SAJAK SEBATANG LISONG’

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA

•April 5, 2008 • 3 Comments

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA
Oleh: W.S. Rendra

Matahari terbit pagi ini
mencium bau kencing orok di kaki langit,
melihat kali coklat menjalar ke lautan,
dan mendengar dengung lebah di dalam hutan.

Lalu kini ia dua penggalah tingginya.
Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini
memeriksa keadaan.
Continue reading ‘SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA’

SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU

•April 4, 2008 • Leave a Comment

SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU
(Untuk puteraku, Isaias Sadewa)
Oleh: W.S. Rendra

 
Ketika maut mencegatnya di delapan penjuru.
Sang ksatria berdiri dengan mata bercahaya.
Hatinya damai,
Di dalam dadanya yang bedah dan berdarah,
Karena ia telah lunas
Menjalani kewjiban dan kewajarannya.

Setelah ia wafat
Apakah petani-petani akan tetap menderita,
Dan para wanita kampung
Tetap membanjiri rumah pelacuran di kota?
Itulah pertanyaan untuk kita yang hidup.
Tetapi bukan itu yang terlintas di kepalanya
Ketika ia tegak dengan tubuh yang penuh luka-luka.
Saat itu ia mendengar
Nyanyian angin dan air yang turun dari gunung.
Continue reading ‘SAJAK PEPERANGAN ABIMANYU’

SAJAK MATA-MATA

•April 3, 2008 • Leave a Comment

SAJAK MATA-MATA
Oleh: W.S. Rendra

Ada suara bising di bawah tanah.
Ada suara gaduh di atas tanah.
Ada ucapan-ucapan kacau di antara rumah-rumah.
Ada tangis tak menentu di tengah sawah.
Dan, lho, ini di belakang saya
ada tentara marah-marah.

Apaa saja yang terjadi? Aku tak tahu.
Continue reading ‘SAJAK MATA-MATA’

SAJAK BULAN MEI 1998 DI INDONESIA

•April 3, 2008 • 1 Comment

SAJAK BULAN MEI 1998 DI INDONESIA
Oleh: W.S. RENDRA

 
Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja.
Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan.
Amarah merajalela tanpa alamat.
Ketakutan muncul dari sampah kehidupan.
Pikiran kusut membentuk simpul-simpul sejarah.
O, jaman edan!
O, malam kelam pikiran insan!
Continue reading ‘SAJAK BULAN MEI 1998 DI INDONESIA’

SAJAK ANAK MUDA

•April 3, 2008 • 3 Comments

SAJAK ANAK MUDA
Oleh: W.S. Rendra

 
Kita adalah angkatan gagap
yang diperanakkan oleh angkatan takabur.
Kita kurang pendidikan resmi
di dalam hal keadilan,
karena tidak diajarkan berpolitik,
dan tidak diajar dasar ilmu hukum
Continue reading ‘SAJAK ANAK MUDA’

ORANG-ORANG MISKIN

•April 2, 2008 • 8 Comments

ORANG-ORANG MISKIN
Oleh: W.S. Rendra

Orang-orang miskin di jalan,
Yang tinggal di dalam selokan,
Yang kalah di dalam pergulatan,
Yang diledek oleh impian,
Janganlah mereka ditinggalkan.

Angin membawa bau baju mereka.
Rambut mereka melekat di bulan purnama.
Wanita-wanita bunting berbaris di cakrawala,
Mengandung buah jalan raya.
Continue reading ‘ORANG-ORANG MISKIN’

LAGU SERDADU

•April 2, 2008 • 1 Comment

LAGU SERDADU
Oleh: W.S. Rendra

Kami masuk serdadu dan dapat senapang
ibu kami nangis tapi elang toh harus terbang
Yoho, darah kami campur arak!
Yoho, mimpi kami patung-patung dari perak
Continue reading ‘LAGU SERDADU’

GUGUR

•April 1, 2008 • 3 Comments

GUGUR
Oleh: W.S. Rendra

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya
Continue reading ‘GUGUR’

DENGAN KASIH SAYANG

•April 1, 2008 • 5 Comments

DENGAN KASIH SAYANG
Oleh: W.S. Rendra

Dengan kasih sayang
Kita simpan bedil dan kelewang
Punahlah gairan pada darah

Jangan!
Jangan dibunuh pada lintah dara
Ciumlah mesra anak jadah tak berayah
Dan sumbat jarimu pada mulut peletupan
Karena darah para bajak dan perompak
Akan mudah mendidih oleh pelor
Continue reading ‘DENGAN KASIH SAYANG’

URAT RICARDA HUCH (MASA PERANG 4 NOPEMBER 1941) KEPADA USKUP DARI MUNSTER, PANGERAN VON GALEN

•March 1, 2008 • Leave a Comment

SURAT RICARDA HUCH (MASA PERANG 4 NOPEMBER 1941) KEPADA USKUP DARI MUNSTER, PANGERAN VON GALEN
Oleh: Taufiq Ismail

Uskup yang mulia, jika saya
Yang tidak Tuan kenal dan asing
Saya menulis surat ini, adalah
Sebagai rasa terima kasih dan hormat
Pada Tuan
Continue reading ‘URAT RICARDA HUCH (MASA PERANG 4 NOPEMBER 1941) KEPADA USKUP DARI MUNSTER, PANGERAN VON GALEN’

SURAT RICARDA HUCH (9 APRIL 1933) KEPADA PRESIDEN AKADEMI KESENIAN & ILMU PENGETAHUAN, PRUSIA

•February 28, 2008 • Leave a Comment

SURAT RICARDA HUCH (9 APRIL 1933) KEPADA PRESIDEN AKADEMI KESENIAN & ILMU PENGETAHUAN, PRUSIA
Oleh: Taufiq Ismail

Tuan Presiden yang terhormat,
Terhadap pengangkatan saya sebagai anggota Akademi
Seyogyanyalah saya ucapkan terima kasih
Namun nampaknya disini perlu dijelaskan
Saya tak dapat mengabulkan kehendak Tuan

Bahwasanya seorang Jerman adalah seorang Jerman
Bahwa pakalannya, siul lagaknya
Siu] dan lagak Jerman
Adalah wajar dan layak
Tetapi, apakah makna Jerman
Dan belapa sikap Jerman
Beragam adanya pendapat dan jawaban
Apa yang diucapkan sebagai kesadaran nasional
Dewasa ini. Ialah sentralisasi, paksaan-paksaan
Cara-cara tak berkeadaban. Seribu fitnahan
Terhadap siapa yang memlliki fikiran
Lain. Dan jiwa yang habis-habisan onani!
Wahai kesombongan dan pemujian diri sendiri
Di depan bentangan peta bumi
Continue reading ‘SURAT RICARDA HUCH (9 APRIL 1933) KEPADA PRESIDEN AKADEMI KESENIAN & ILMU PENGETAHUAN, PRUSIA’

SUARA

•February 27, 2008 • Leave a Comment

SUARA
Oleh: Taufiq Ismail

Deretkan awan, pelangi, dengan rambutmu merah-ungu
Taburkan pelan, pelangi, sepanjang lengkung lenganmu
Panorama yang kemarau teramat kering
Daunan berjuta. Angin menjadi hening

Tiada terasa lagi di mana suara memanggil-manggil
Tiada suara lagi betapa cahaya makin mengecil
Pohon-pohon redup dan berbunga di bukit dan pesisir
Kemarauku siang, dinginku maJam yang menggigil
Continue reading ‘SUARA’

POTRET DI BERANDA

•February 26, 2008 • Leave a Comment

POTRET DI BERANDA
Oleh: Taufiq Ismail

Di beranda rumah nenekku, di desa Baruh
Potretku telah tergantung 26 tahun lamanya
Bersama gambar-gambar sulaman ibuku
Dibuatnya tatkala maslh perawan

Di dapur rumah nenekku, nenekku renta
Tergolek drum tua pemasak kerupuk kulit
Di atasnya sepasang tanduk hitam berdebu
Kerbau bajak kesayangan kakekku
Continue reading ‘POTRET DI BERANDA’